ہمارے بہترین اسپریڈز اور شرائط

Harga emas (XAU/USD) melanjutkan tren naiknya yang disaksikan selama sekitar satu minggu terakhir dan menguji ulang level tertinggi sepanjang masa pada hari Rabu di tengah ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral utama. Para pedagang telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) oleh Federal Reserve AS (The Fed) pada bulan November. Selain itu, data inflasi yang lemah dari Eropa dan Inggris telah memperkuat spekulasi pelonggaran kebijakan yang lebih agresif oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England (BoE). Hal ini menyebabkan imbal hasil yang secara umum lebih rendah, yang pada gilirannya terus memberikan dukungan pada logam mulia tanpa imbal hasil ini.
Selain itu, risiko geopolitik yang terus berlanjut akibat konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah juga menjadi faktor lain yang menopang permintaan terhadap harga emas sebagai aset safe haven. Sementara itu, meningkatnya penerimaan bahwa The Fed akan melanjutkan penurunan suku bunga moderat selama tahun depan mengangkat Dolar AS (USD) ke level tertinggi sejak awal Agustus dan melampaui Simple Moving Average (SMA) 100-hari untuk pertama kalinya sejak Juli. Hal ini, pada gilirannya, dapat menahan para pedagang untuk menempatkan taruhan bullish baru di sekitar XAU/USD dan membatasi kenaikan menjelang rilis data makro AS yang akan dirilis pada hari Kamis ini.
Dari perspektif teknis, pergerakan positif yang sedang berlangsung dapat mengangkat harga Emas ke level $2.700. Beberapa aksi beli lebih lanjut akan dilihat sebagai pemicu baru bagi para pedagang bullish dan membuka jalan bagi perpanjangan tren naik yang telah berlangsung selama beberapa bulan. Prospek konstruktif diperkuat oleh fakta bahwa osilator pada grafik harian bertahan di wilayah positif dan masih jauh dari zona jenuh beli.
Di sisi lain, zona horizontal $2.662-2.660 saat ini tampaknya bertindak sebagai support terdekat di depan area $2.647-2.646. Penembusan yang meyakinkan di bawah level tersebut dapat mendorong beberapa penjualan teknis dan menyeret harga Emas ke support perantara $2.630 dalam perjalanan menuju area $2.600.
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.